Cari Blog Sos-Ant

Senin, 09 Mei 2011

SUKU MAORI

Rotorua yang Menakjubkan
Mon Apr 25 1:29am
Share
Selandia Baru adalah negara termuda di muka bumi – dataran terakhir yang ditemukan. Suku Maori adalah orang pertama yang pindah ke Selandia Baru pada seribu tahun lalu. Sejak itu, orang-orang berdatangan dari seluruh dunia untuk menetap di sini.

Selandia Baru punya sejarah yang kaya dan menakjubkan, yang mencerminkan baik warisan Maori dan Eropa.


Salah satu patung totem khas Maori. Kredit foto: ThinkStock

Rotorua yang terletak di North Island adalah magnet bagi para wisatawan, yang datang untuk melihat fenomena vulkanik dan mempelajari kebudayaan suku Maori di Selandia Baru. Rotorua akan memikat Anda dengan keajaiban panas bumi dan pengalaman mengenai budaya yang unik – dari geyser dan kolam lumpur panas hingga tempat tinggal marae, pesta hangi, sebuah desa pra-Eropa asli Maori. Rotorua memiliki petualangan budaya yang telah dikembangkan dengan baik, dari terjun payung ke zorbing.
Tenggelam Dalam Sejarah dan Budaya

Lebih dari sepertiga penduduk Rotorua adalah orang Maori, sehingga daerah itu adalah tempat terbaik untuk menceburkan diri dalam budaya asli Selandia Baru. Rotorua memiliki sejarah yang luar biasa, yang akan dengan senang hati dibagi penduduk lokal Maori sehingga memperkaya pengalaman Anda. Kisah-kisah mereka sangat menawan.

Kembalilah ke masa Tamaki Maori Village. Di kedalaman hutan, Anda akan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai bagaimana gaya hidup dan tradisi Maori, dari masa pra-Eropa hingga saat ini. Lihat dan pelajarilah seni tradisional Maori yang terpelihara di New Zealand Maori Arts and Crafts Institute. Anda bisa bicara dengan ahli pahat dan tenun serta belajar sejarah dan proses yang terlibat dalam setiap bentuk seni.


Motif kesenian khas Maori. Kredit foto: ThinkStock

Jangan lupa mandi di spa panas yang jernih di Baths Blue, yang menampilkan bangunan masa lalu yang penuh warna. Lalu, nikmati hidangan di lantai atas dan nikmati pemandangan dari Government Gardens yang cantik.

Kunjungi pula situs penggalian di Te Wairoa, sebuah desa yang terkubur oleh letusan Gunung Tarawera pada 1886. Nikmatilah makanan hangi dan sebuah konser Maori di Mokoia Island atau di salah satu hotel di kota itu.
Keindahan Alam

Danau Rotorua, meski terlihat indah dan damai, memiliki sejarah yang kejam. Gunung berapi besar di kawasan itu meletus sekitar 200 ribu tahun yang lalu, menciptakan kaldera bergaris tengah 16 km. Kaldera itu kemudian terisi air dan menjadi danau terbesar kedua di North Island. Rotorua dan 15 danau lainnya di daerah itu terhubung dengan kaldera Rotorua dan Gunung Tarawera.


Kawah Gunung Tarawera. Kredit foto: ThinkStock

Menurut legenda, orang Eropa menemukan geyser dan kolam lumpur Rotorua pada tahun 1880-an, yang sekarang menjadi pemikat terbesar kota itu. Air mancur panas Pohutu yang terkenal, serta geyser lain yang berada di tempat lain di kawasan itu, adalah atraksi yang harus dilihat. Mata air panas Pohutu, di Whakarewarewa Thermal Valley, meletus beberapa kali sehari, menyemburkan air panas hingga 30 m ke udara.

Yang tak boleh dilewatkan juga adalah terapi spa musim semi, serta berendam di kolam termal. Anda bisa pula mandi lumpur, yang akan membuat kulit Anda terasa sehalus sutra.

Rotorua adalah salah satu spa kesehatan terbaik di New Zealand. Hell's Gate merupakan air terjun air panas satu-satunya di Belahan Bumi Selatan. Nikmatilah pengalaman berendam sekeluarga di Spa Polynesian.


Kolam lumpur di Rotorua. Kredit foto: ThinkStock
Ketegangan Maksimal

Rotorua menjanjikan kepuasan bagi para pecandu adrenalin — bahkan yang tingkatnya parah sekali pun. Banyak petualangan yang akan memacu sensasi dan adrenalin Anda, dengan pemandangan terbaik khas Selandia Baru.

Atasi ketakutan Anda dan rasakan terjun payung tandem dari ketinggian 4500 meter. Meloncat dari atas pesawat adalah pengalaman sekali dalam seumur hidup yang harus Anda coba. Meluncur jatuh dari 4500 meter memberikan Anda kesempatan memandang danau dan hutan di Rotorua yang tak tertandingi.

Anda bisa pula meluncur di atas scree – lereng curam yang penuh kerikil – di Gunung Tarawera atau Gunung Ngongotaha, dan dengarkan jeritan peluncur lain di udara.

Anda berada di tempat sempurna untuk arung jeram di Selandia Baru. Ini adalah kegiatan yang populer sepanjang tahun. Anda bisa menantang arus di Sungai Kaituna (tingkat lima), Wairoa (tingkat lima) dan Rangitaiki (tingkat empat). Di Sungai Kaituna Anda akan menghadapi air terjun Tutea setinggi 7 m – air terjun tertinggi yang secara komersial diarungi.
Hiburan Keluarga

Rotorua adalah tempat liburan petualangan keluarga yang menyenangkan. Selalu ada kegiatan untuk semua orang, berapa pun umur mereka. Misalnya berkendara dengan mobil feri dan mencukur domba, hingga berputar-putar dengan perahu jet.

Kunjungi Hobbiton Movie Set & Farm Tour, yang dibuat berdasarkan lokasi asli Hobbiton dalam trilogy "The Lord of the Rings". Anda akan dipandu menjelajahi situs seluas 4 hektare dan diceritakan rincian menarik seputar pembuatan film itu.


Kredit foto: ThinkStock

Kegiatan di pertanian tak kalah menyenangkan, misalnya mencukur dan memberi makan domba, atau memerah susu sapi. Ada pula demonstrasi menggiring domba serta lelang domba. Saat mengunjungi kebun buah kiwi organik, Anda bisa berhenti untuk mencicipi anggur buah kiwi dan madu.

Ingin melihat singa, ikan, belut raksasa, unggas air, rusa dan lainnya? Paradise Valley Springs tempatnya.

Untuk beberapa sensasi turunan, zorbing merupakan petualangan gila lainnya yang ditemukan oleh para Kiwi. "Zorbonauts" berputar ke bawah lereng bukit yang curam di dalam sebuah bola karet besar yang berisi udara.

Naiklah ke atas perahu jet untuk menyusuri sungai Waikato melalui ngarai Tutukau yang spektakuler. Temukan flora dan fauna asli dan salah satu atraksi paling populer di Selandia Baru yaitu panas bumi dalam safari Riverjet termal.


Kerajinan suku Maori. Kredit foto: ThinkStock

Untuk pengalaman bersantap yang tak terlupakan, ikuti petualangan Indigenous Food Trail. Ini merupakan jejak makanan di hutan yang bertujuan untuk mendidik para tamu mengenai masakan asli Maori dan tumbuh-tumbuhan asli dan tanaman yang digunakan, dan dipimpin oleh seorang ahli setempat Charles Royal. Charles, menciptakan tur ini khusus untuk Treetops Lodge and Wilderness Estate, yang telah memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun mengenai makanan Maori.

Selandia Baru memiliki empat musim: musim gugur (Maret sampai Mei), musim dingin (Juni sampai Agustus) dan musim semi (September-November), Musim panas (Desember-Februari).

DAFTAR PESERTA MATA KULIAH PRODUKSI MEDIA

1. 3501407058 ARIF LUKMAN
2. 3501408007 SOVI NURSIYANTI
3. 3501408011 ADE YUSUF FERUDYN
4. 3501408012 AYYUB HIDAYAT
5. 3501408013 SUSANTO
6. 3501408014 FATIKA ANGGUN PRASTYA
7. 3501408015 RINA MAYASAROH
8. 3501408017 HERDIAN SPEKTRO FIRETRA
9. 3501408021 MUHAMMAD LUTHFI ANSHORI
10. 3501408027 MUHAMMAD NUR FARID
11. 3501408043 FRIZKI WITANDHO ILMI
12. 3501408044 IVAN NOOR WAHID
13. 3501408048 YOGIE FIRMANSYAH
14. 3501408049 AGUS NUR FUADI
15. 3501408051 DEWINTA CAHYA PRADANI
16. 3501408052 NANANG SETIAWAN
17. 3501408053 YULIANA FEBRIYANTI
18. 3501408055 SAFITRI HADIARTI
19. 3501408056 CLARA SEPTI LESTARI
20. 3501408057 SWESTY WIRA BUANA
21. 3501408058 HELEN PRAMIDA AYUSARI
22. 3501408059 ULIN NI'AM
23. 3501408060 MUNIR PUTRA KUSUMA
24. 3501408061 SCARINA ANITA
25. 3501408062 EKA ROCHMAWATI
26. 3501408063 RENI HANDAYANI
27. 3501408064 HENI LISTYARINI
28. 3501408065 ITA WIDIYASTUTI
29. 3501408066 RUDY YUSRIADI MEIHANTORO
30. 3501408067 SITI NURFIA AMALIANI
31. 3501408068 NOFI TRIANA
32. 3501408070 PUJI ASTUTIK
33. 3501408071 CITRAWATI PUJI LESTARI
34. 3501408074 WASUDI
35. 3501408075 ANGGA WAHYU ADI PRATOMO
36. 3501408076 RETNO BUDIARTI
37. 3501408079 DINE ART SANI RAHARJO
38. 3501408080 NURUL INAYATI
39. 3501408081 GRIAWAN DWI PAMBAGIO
40. 3501408082 ABDUL WAHID
41. 3501408083 NUR FITRI HIDAYAH
42. 3501408084 RIRIH BINARTIKA
43. 3501408085 ALDA MUSTIKA SARI
44. 3501408086 LIDHIA KUSUMAWARDANI
45. 3501408087 WAHYU PURWANTO
46. 3501408088 WARIH KUSUMA
47. 3501408089 MARETTA HANA RATNA SARI
48. 3501408090 ABIDIN
49. 3501408091 DEWI EMIASIH
50. 3501408092 NURUL KHABIBAH
51. 3501408093 FAJAR SUMIYARSO
52. 3501408094 SEPTHIANA WULANDARI
By. Lab Sosiologi Antropologi FIS Unnes

Jumat, 06 Mei 2011

Pesisir Kebumen

REPUBLIKA.CO.ID, KEBUMEN-- Kawasan Urut Sewu di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, selama ini menjadi lokasi andalan bagi latihan militer prajurit TNI Angkatan Darat Kodam IV/Diponegoro.
Wilayah Urut Sewu yang membentang di tiga kecamatan, yakni Bulus Pesantren, Ambal, dan Mirit ini merupakan satu-satunya tempat latihan militer di Jawa Tengah untuk uji coba senjata jarak jauh seperti meriam kaliber 105 dengan jangkauan tembakan mencapai 17 kilometer.
Selama ini pihak TNI Angkatan Darat tidak mendapat kendala dalam memanfaatkan tanah negara tersebut untuk latihan militer. Masyarakat sekitar juga menyambut baik keberadaan tempat latihan militer tersebut.
Namun, dalam dua tahun terakhir keberadaan tempat latihan militer yang dikelola Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) TNI Angkatan Darat tersebut terusik oleh klaim lahan warga Setrojenar, Kecamatan Bulus Pesantren, Kebumen.
Masyarakat yang tergabung dalam Forum Paguyuban Petani Kebumen Selatan (FPPKS) beberapa kali melakukan protes terhadap keberadaan kawasan latihan militer itu. Mereka menuntut sebagian lahan yang digunakan untuk latihan militer itu dikembalikan kepada warga karena mereka merasa memiliki tanah tersebut.
Pada Senin (11/4) warga Setrojenar melakukan unjuk rasa di sekitar Markas Dislitbang TNI AD di utara Pantai Bocor Kebumen tersebut, namun suasana tegang saat itu tidak menimbulkan gejolak yang cukup besar. Namun, pada Sabtu (16/4) siang kesabaran personel TNI AD tidak bisa terkendali. Mereka melepaskan tembakan dengan peluru karet kepada kerumunan massa di Jalan Diponegoro yang menjadi akses masuk menuju Markas Balitbang TNI AD sehingga menimbulkan sejumlah korban terluka.
Tindakan personel TNI AD tersebut dilakukan dengan klaim setelah mengetahui massa merusak gapura, memblokir Jalan Diponegoro dengan membentangkan sejumlah batang kayu, merusak palang pintu pengaman Dislitbang dan membakar gudang amunisi.
Bentrok antara personel TNI AD dengan warga tersebut mengakibatkan 13 orang terluka. Sembilan korban terpaksa harus menjalani perawatan di Rumah sakit Umum Daerah Kebumen karena mengalami luka cukup serius, empat korban di antaranya luka tembak peluru karet.
Selain warga, bentrok tersebut juga mengakibatkan seorang prajurit TNI, Praka Ridwan luka terkena sabetan benda tajam di bagian kaki, namun dia tidak perlu menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Seorang korban, Aris Wahyudi menuturkan, kejadian bermula saat warga usai melakukan ziarah di tempat makam anak yang menjadi korban bom bekas latihan militer pada 22 Maret 1997. Kemudian warga membenahi barikade di Jalan Diponegoro yang sebagain telah dibongkar. Setelah itu warga merobohkan gapura di ujung Jalan Diponegoro.
Warga kemudian berkumpul di dekat Kantor Kecamatan Bulus Pesantren, tiba-tiba sekitar 50-an prajurit TNI dengan bersenjata laras panjang menyerang warga. "Kami tidak mengira kalau TNI akan melepaskan tembakan," katanya.
Kepala Desa Setrojenar, Surip Jenar yang juga menjadi korban luka tembak, mengatakan, saat kejadian dirinya sedang menanam padi di sawah di sebelah selatan Markas Dislitbang TNI AD.
"Waktu menanam padi tiba-tiba terdengar suara tembakan berkali-kali dari arah utara, beberapa waktu kemudian datang puluhan prajurit TNI mengeluarkan tembakan ke arah kami. Waktu itu ada seorang prajurit yang mengatakan bahwa saya provokator," katanya.
Padahal, katanya, selama ini pihaknya selalu mengimbau masyarakat untuk tidak berbuat anarkis. "Selain menembak, mereka juga memukul dan menginjak saya. Kami sangat menyayangkan tindakan aparat TNI, mereka telah menginjak-injak tanaman padi kami dan melakukan tembakan di depan ibu-ibu yang sedang menanam padi," katanya.
Sengketa
Selama ini TNI AD menggunakan kawasan Urut Sewu untuk latihan militer, termasuk di daerah Pantai Bocor sepanjang 500 meter dari garis air laut. Namun, warga mengklaim berdasarkan aturan tanah negara itu sepanjang 220 meter dari garis air laut.
Upaya penyelesaian sengketa tanah tersebut telah dilakukan beberapa kali pertemuan antara warga dengan Dislitbang, namun selalu tidak membuahkan hasil.
Kepala Perwakilan Lapang Dislitbang TNI AD, Mayor Inf Kusmayadi mengaku sering melakukan musyawarah untuk menyelesaikan kasus tanah tersebut dengan warga, namun tidak ada titik temu. Kusmayadi yang menjabat Kepala Perwakilan lapang Dislitbang sejak Juli 2008 tersebut pada awalnya akrab dengan masyarakat sekitar, namun mulai Juni 2009 merasa selalu ditekan warga.
"Kami merasa diisolir, tidak pernah mendapat undangan dalam kegiatan masyarakat. Kami juga ditekan secara psikologis, masyarakat yang semula akrab dengan saya kemudian menjauh. Kelihatannya memang ada yang menggiring hal tersebut," katanya.
Menurut dia, selama ini TNI cukup sabar menghadapi masyarakat karena TNI juga berasal dari rakyat. "Selama ini masyarakat bebas menanami berbagai tanaman hortikultura bahkan membangun tempat parkir dan gapura di kawasan Pantai Bocor yang masuk kawasan latihan militer, kami juga tidak mempermasalahkannya setelah mendapat izin dari pimpinan," katanya.
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Irjen Pol Edward Aritonang menyatakan, kondisi Desa Setrojenar kembali normal setelah terjadi bentrok antara personel TNI AD dengan warga. "Situasi kembali membaik dan untuk menjaga keamanan dilakukan patroli gabungan antara Polri dan TNI," katanya.
Aktivitas warga di sekitar Pantai Bocor juga berjalan seperti biasa, masyarakat bebas berkunjung untuk menikmati keindahan pantai, sejumlah masyarakat terlihat mencari rumput di kawasan latihan militer. Kapolda mengimbau kepada masyarakat agar tidak terpengaruh informasi yang tidak jelas sumbernya.
Redaktur: Stevy Maradona
Sumber: Antara

SOSIOLOGI AGAMA

SOSIOLOGI AGAMA
A. Definisi Agama Menurut Durkheim
Definisi agama menurut Durkheim adalah suatu "sistem kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudusÉ kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal." Dari definisi ini ada dua unsur yang penting, yang menjadi syarat sesuatu dapat disebut agama, yaitu "sifat kudus" dari agama dan "praktek-praktek ritual" dari agama. Agama tidak harus melibatkan adanya konsep mengenai suatu mahluk supranatural, tetapi agama tidak dapat melepaskan kedua unsur di atas, karena ia akan menjadi bukan agama lagi, ketika salah satu unsur tersebut terlepas. Di sini dapat kita lihat bahwa sesuatu itu disebut agama bukan dilihat dari substansi isinya tetapi dari bentuknya, yang melibatkan dua ciri tadi. Kita juga akan melihat nanti bahwa menurut Durkheim agama selalu memiliki hubungan dengan masyarakatnya, dan memiliki sifat yang historis.
B. Sifat Kudus Dari Agama
Sifat kudus yang dimaksud Durkheim dalam kaitannya dengan pembahasan agama bukanlah dalam artian yang teologis, melainkan sosiologis. Sifat kudus itu dapat diartikan bahwa sesuatu yang "kudus" itu "dikelilingi oleh ketentuan-ketentuan tata cara keagamaan dan larangan-larangan, yang memaksakan pemisahan radikal dari yang duniawi." Sifat kudus ini dibayangkan sebagai suatu kesatuan yang berada di atas segala-galanya. Durkheim menyambungkan lahirnya pengkudusan ini dengan perkembangan masyarakat, dan hal ini akan dibahas nanti.
Di dalam totemisme, ada tiga obyek yang dianggap kudus, yaitu totem, lambang totem dan para anggota suku itu sendiri. Pada totemisme Australia, benda-benda yang berada di dalam alam semesta dianggap sebagai bagian dari kelompok totem tertentu, sehingga memiliki tempat tertentu di dalam organisasi masyarakat. Karena itu semua benda di dalam totemisme Australia memiliki sifat yang kudus. Pada totemisme Australia ini tidak ada pemisahan yang jelas antara obyek-obyek totem dengan kekuatan kudusnya. Tetapi di Amerika Utara dan Melanesia, kekuatan kudus itu jelas terlihat berbeda dari obyek-obyek totemnya, dan disebut sebagai mana.
Dunia modern dengan moralitas rasionalnya juga tidak menghilangkan sifat kudus daripada moralitasnya sendiri. Ciri khas yang sama, yaitu kekudusan, tetap terdapat pada moralitas rasional. Ini terlihat dari rasa hormat dan perasaan tidak bisa diganggu-gugat yang diberikan oleh masyarakat kepada moralitas rasional tersebut. Sebuah aturan moral hanya bisa hidup apabila ia memiliki sifa "kudus" seperti di atas, sehingga setiap upaya untuk menghilangkan sifat "kudus" dari moralitas akan menjurus kepada penolakan dari setiap bentuk moral. Dengen demikian, "kekudusan"-pun merupakan prasyarat bagi suatu aturan moral untuk dapat hidup di masyarakat. Ini menunjukkan bahwa "kekudusan" suatu obyek itu tidak tergantung dari sifat-sifat obyek itu an sich tetapi tergantung dari pemberian sifat "kudus" itu oleh masyarakatnya.
C. Ritual Agama
Selain daripada melibatkan sifat "kudus", suatu agama itu juga selalu melibatkan ritual tertentu. Praktek ritual ini ditentukan oleh suatu bentuk lembaga yang pasti. Ada dua jenis praktek ritual yang terjalin dengan sangat erat yaitu pertama, praktek ritual yang negatif, yang berwujud dalam bentuk pantangan-pantangan atau larangan-larangan dalam suatu upacara keagamaan, serta praktek ritual yang positif, yang berwujud dalam bentuk upacara-upacara keagamaan itu sendiri dan merupakan intinya.
Praktek-praktek ritual yang negatif itu memiliki fungsi untuk tetap membatasi antara yang kudus dan yang duniawi, dan pemisahan ini justru adalah dasar dari eksistensi "kekudusan" itu. Praktek ini menjamin agar kedua dunia, yaitu yang "kudus" dengan yang "profan" tidak saling mengganggu. Orang yang taat terhadap praktek negatif ini berarti telah menyucikan dan mempersiapkan dirinya untuk masuk ke dalam lingkungan yang kudus. Contoh dari praktek negatif ini misalnya adalah dihentikannya semua pekerjaan ketika sedang berlangsung upacara keagamaan. Adapun praktek-praktek ritual yang positif, yang adalah upacara keagamaan itu sendiri, berupaya menyatukan diri dengan keimanan secara lebih khusyu, sehingga berfungsi untuk memperbaharui tanggung-jawab seseorang terhadap ideal-ideal keagamaan.
D. Hubungan Antara Agama Dengan Kondisi Masyarakat
Di atas tadi sudah dijelaskan bahwa agama dan masyarakat memiliki hubungan yang erat. Di sini perlu diketahui bahwa itu tidak mengimplikasikan pengertian bahwa "agama menciptakan masyarakat." Tetapi hal itu mencerminkan bahwa agama adalah merupakan implikasi dari perkembangan masyarakat. Di dalam hal ini agama menurut Durkheim adalah sebuah fakta sosial yang penjelasannya memang harus diterangkan oleh fakta-fakta sosial lainnya.
Hal ini misalnya ditunjukkan oleh penjelasan Durkheim yang menyatakan bahwa konsep-konsep dan kategorisasi hierarkis terhadap konsep-konsep itu merupakan produk sosial. Menurut Durkheim totemisme mengimplikasikan adanya pengklasifikasian terhadap alam yang bersifat hierarkis. Obyek dari klasifikasi seperti "matahari", "burung kakatua", dll., itu memang timbul secara langsung dari pengamatan panca-indera, begitu pula dengan pemasukkan suatu obyek ke dalam bagian klasifikasi tertentu. Tetapi ide mengenai "klasifikasi" itu sendiri tidak merupakan hasil dari pengamatan panca-indera secara langsung. Menurut Durkheim ide tentang "klasifikasi yang hierarkis" muncul sebagai akibat dari adanya pembagian masyarakat menjadi suku-suku dan kelompok-kelompok analog.
Hal yang sama juga terjadi pada konsep "kudus". Konsep "kudus" seperti yang sudah dibicarakan di atas tidak muncul karena sifat-sifat dari obyek yang dikuduskan itu, atau dengan kata lain sifat-sifat daripada obyek tersebut tidak mungkin bisa menimbulkan perasaan kekeramatan masyarakat terhadap obyek itu sendiri. Dengan demikian, walaupun di dalam buku Giddens tidak dijelaskan penjelasan Durkheim secara rinci mengenai asal-usul sosial dari konsep "kekudusan', tetapi dapat kita lihat bahwa kesadaran akan yang kudus itu, beserta pemisahannya dengan dunia sehari-hari, menurut Durkheim dari pengatamannya terhadap totemisme, dilahirkan dari keadaan kolektif yang bergejolak. Upacara-upacara keagamaan, dengan demikian, memiliki suatu fungsi untuk tetap mereproduksi kesadaran ini dalam masyarakat. Di dalam suatu upacara, individu dibawa ke suatu alam yang baginya nampak berbeda dengan dunia sehari-hari. Di dalam totemisme juga, di mana totem pada saat yang sama merupakan lambang dari Tuhan dan masyarakat, maka Durkheim berpendapat bahwa sebenarnya totem itu, yang merupakan obyek kudus, melambangkan kelebihan daripada masyarakat dibandingkan dengan individu-individu.
Hubungan antara agama dengan masyarakat juga terlihat di dalam masalah ritual. Kesatuan masyarakat pada masyarakat tradisional itu sangat tergantung kepada conscience collective (hati nurani kolektif), dan agama nampak memainkan peran ini. Masyarakat menjadi "masyarakat" karena fakta bahwa para anggotanya taat kepada kepercayaan dan pendapat bersama. Ritual, yang terwujud dalam pengumpulan orang dalam upacara keagamaan, menekankan lagi kepercayaan mereka atas orde moral yang ada, di atas mana solidaritas mekanis itu bergantung. Di sini agama nampak sebagai alat integrasi masyarakat, dan praktek ritual secara terus menerus menekankan ketaatan manusia terhadap agama, yang dengan begitu turut serta di dalam memainkan fungsi penguatan solidaritas.
Agama juga memiliki sifatnya yang historis. Menurut Durkheim totemisme adalah agama yang paling tua yang di kemudian hari menjadi sumber dari bentuk-bentuk agama lainnya. Seperti misalnya konsep kekuatan kekudusan pada totem itu jugalah yang di kemudian hari berkembang menjadi konsep dewa-dewa, dsb. Kemudian perubahan-perubahan sosial di masyarakat juga dapat merubah bentuk-bentuk gagasan di dalam sistem-sistem kepercayaan. Ini terlihat dalam transisi dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern, di mana diikuti perubahan dari "agama" ke moralitas rasional individual, yang memiliki ciri-ciri dan memainkan peran yang sama seperti agama.
E. Moralitas Individual Modern
Transisi dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern --yang melibatkan pembagian kerja yang semakin kompleks-- seperti yang telah disebutkan di atas melibatkan adanya perubahan otoritas moral dari agama ke moralitas individual yang rasional. Walaupun begitu, moralitas individual itu, seperti yang juga telah disebutkan di atas, menyimpan satu ciri khas dari agama yaitu "kekudusan". Moralitas individual itu memiliki sifat kudus, karena moralitas itu hanya bisa hidup apabila orang memberikan rasa hormat kepadanya dan menganggap bahwa hal itu tidak bisa diganggu-gugat. Dan ini merupakan suatu bentuk "kekudusan" yang dinisbahkan oleh masyarakat kepada moralitas individual tersebut.
Durkheim menyebutkan bahwa sumber dari moralitas individual yang modern ini adalah agama Protestan. Demikian pula Revolusi Perancis telah mendorong tumbuhnya moralitas individual itu. Di sini perlu ditekankan bahwa moralitas individual tidak sama dengan egoisme. Moralitas individual, yang menekankan "kultus individu" tidak muncul dari egoisme, yang tidak memungkinkan bentuk solidaritas apapun. Adanya anggapan bahwa moralitas individual itu berada di atas individu itu sendiri, sehingga pantas untuk ditaati (sifat kudus dari moralitas individual), menunjukkan perbedaan antara moralitas individual dengan egoisme. Contoh konkrit dari hal ini adalah dalam bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan menekankan penelitian bebas yang merupakan salah satu bagian dari moralitas individual, tetapi ia tidak mengikutsertakan suatu bentuk anarki, suatu penelitian ilmiah dengan kebebasan penelitiannya justru hanya bisa berlangsung dalam kerangka peraturan-peraturan moral, seperti rasa hormat terhadap pendapat-pendapat orang lain dan publikasi hasil-hasil penelitian serta tukar menukar informasi.
Dengan demikian, otoritas moral dan kebebasan individual sebenarnya bukanlah dua hal yang saling berkontradiksi. Seseorang, yang pada hakekatnya adalah juga mahluk sosial, hanya bisa mendapatkan kebebasannya melalui masyarakat, melalui keanggotaannya dalam masyarakat, melalui perlindungan masyarakat, melalui pengambilan keuntungan dari masyarakatnya, yang berarti juga mengimplikasikan subordinasi dirinya oleh otoritas moral. Menurut Durkheim, tidak ada masyarakat yang bisa hidup tanpa aturan yang tetap, sehingga peraturan moral adalah syarat bagi adanya suatu kehidupan sosial. Di dalam hal ini, disiplin atau penguasaan gerak hati, merupakan komponen yang penting di dalam semua peraturan moral. Bagaimanakah dengan sisi egoistis manusia yang tidak bisa dilepaskan dari diri manusia yang diakui oleh Durkheim sendiri? Setiap manusia memang memulai kehidupannya dengan dikuasai oleh kebutuhan akan rasa yang memiliki kecenderungan egoistis. Tetapi egoisme yang menjadi permasalahan kebanyakan adalah bukan egoisme jenis ini, melainkan adalah keinginan-keinginan egoistis yang merupakan produk sosial, yang dihasilkan oleh masyarakat. Individualisme masyarakat modern, sebagai hasil perkembangan sosial, pada tingkat tertentu merangsang keinginan-keinginan egoistis tertentu dan juga merangsang anomi. Hal ini dapat diselesaikan dengan konsolidasi moral dari pembagian kerja, melalui bentuk otoritas moral yang sesuai dengan individualisme itu sendiri, yaitu moralitas individual. Dari sini dapat dikatakan bahwa moralitas individual yang rasional itu dapat dijadikan sebagai otoritas pengganti agama pada masyarakat modern.
Sumber Acuan:
Anthony Giddens, Kapitalisme dan teori sosial modern: suatu analisis karya-tulis Marx, Durkheim dan Max Weber, diterjemahkan oleh Soeheba Kramadibrata, Jakarta: UI-Press, 1986.

MATERI SOSIOLOGI AGAMA